100Tahun Chairil Anwar: 7 Puisi Sang Penyair dari Aku hingga Senja di Pelabuhan Kecil. 100 tahun Chairil Anwar, pada 26 Juli 2022. Berikut 7 puisi sang penyair dari romansa hingga nasionalisme. Dia banyak menghasilkan karya, kritik dan esai semasa hidup. Ini karya-karya besar sang Paus Sastra Indonesia. Baca Selengkapnya. Terpopuler di AnalisisPuisi Doa Karya Chairil Anwar DOA Tuhanku Dalam termangu Aku masih menyebut nama-Mu Biar susah sungguh Mengigat Kau penuh seluruh Cahaya-Mu panas suci Tinggal kerlip lilin di kelam sunyi Tuhanku Aku hilang bentuk Remuk Tuhanku aku mengembara di negara asing Tuhanku Di pintu-Mu aku mengetuk Aku tidak bisa berpaling Struktur Batin 1. Tema BeliAku Puisi Chairil Anwar Online harga murah terbaru 2022 di Tokopedia! ∙ Promo Pengguna Baru ∙ Kurir Instan ∙ Bebas Ongkir ∙ Cicilan 0%. Website tokopedia memerlukan javascript untuk dapat ditampilkan. Siapayang tidak kenal Chairil Anwar, sosok paling fenomenal sepanjang masa dalam khazanah sejarah sastra Indonesia. Chairil Anwar adalah induk perpuisian Indonesia, salah satu penyair terkenal angkatan 45. Sosok pemuda yang energik menyampaikan kritik sosial melalui medium sastra khususnya puisi. BACA JUGA : MENGILHAMI PUISI MUSEUM PERJUANGAN Andabisa menggunakan naskah puisi karya Chairil Anwar berikut ini. Berdasarkan informasi yang kami dapat dari laman Banjarmasin Post, ia telah menelurkan 70 puisi dan 96 syair. Bahkan ia juga dijuluki sebagai "Si Bintang Jalanan" yang terinspirasi dari salah satu karyanya bertajuk "Aku". 42.1.1 Puisi Aku Ingin Karya Sapardi Djoko Damono .. 154 Puisi Sajak Anak Muda Karya W. S. Rendra .. 155 4.2.1.3 Puisi Doa Karya Chairil Anwar .. 156 4.2.1.4 Puisi Telah Kau Robek Kain Biru pada Bendera Sajak Anak Muda karya WS Rendra merupakan puisi tentang kritik sosial kepada pemerintah terhadap pendidikan anak muda di Teeuwmenulis bahwa di Indonesia “[j]arang ada tulisan atau pandangan kritik mengenai puisi Chairil Anwar yang tidak mempersamakan aku-nya dalam berbagai sajak, khususnya sajak Aku, dengan kepribadian Chairil”.[26] Oleh karena adat kebiasaan pembacaan puisi di Indonesia itu dapat dimengerti mengapa para komentator Indonesia biasanya tidak Akuhilang bentuk. remuk . Tuhanku. Aku mengembara di negeri asing . Tuhanku. Di pintuMu aku mengetuk. Aku tidak bisa berpaling. (Aku Ini Binatang Jalang, 1986) 1. Isi. a. Tema. Puisi karya Chairil Anwar diatas dapat dilihat bahwa temanya adalah tentang pengharapan seorang manusia kepada Tuhannya/tentang do’a seorang hamba kepada TPmMm. Puisi Aku – Tahukah kalian bahwa Chairil Anwar adalah seorang sastrawan kenamaan Indonesia yang namanya sudah sering kali disebut. Karya-karyanya banyak dikutip dan dipentaskan ulang oleh para seniman lain hingga sekarang. Bahkan karyanya juga banyak dicantumkan dalam buku teks pelajaran Bahasa Indonesia di sekolah-sekolah dan yang paling terkenal adalah puisi Aku. Biografi Singkat Chairil Anwar Lahir di Medan pada 26 Juli 1922, Chairil Anwar merupakan salah satu pelopor Angkatan ’45 sekaligus puisi modern Indonesia. Karya puisinya yang diketahui berjumlah lebih kurang ada sejumlah 70 karya dari 96 karya sastra yang telah dituliskan. Dilahirkan dan dibesarkan di Medan, Chairil Anwar berkenalan dengan dunia sastra setelah kepindahannya ke Batavia dengan sang ibu saat usianya menginjak 19 tahun. Puisi pertamanya dipublikasikan 2 tahun setelah kepindahannya, yaitu pada 1942. Tema yang sering diusung dalam tulisan-tulisannya adalah masalah pemberontakan, kematian, individualisme, eksistenalisme, hingga multi-interpretasi. Chairil sudah memiliki tekat untuk menjadi seorang seniman sejak ia berusia 15 tahun dan putus sekolah pada usia 18 tahun. Meskipun demikian, selain Bahasa Indonesia, diketahui ia menguasai tiga bahasa asing yaitu Inggris, Belanda, dan Jerman. Waktunya banyak dihabiskan untuk membaca karya para pengarang kenamaan dunia pada masa itu, seperti Rainer Maria Rilke, Auden, Archibald MacLeish, Hendrik Marsman, J. Slaurhoff, serta Edgar du Perron. Nama-nama besar tersebut turut mempengaruhi gaya penulisan Chairil yang secara tidak langsung juga mempengaruhi arah perkembangan kesusastraan Indonesia. Chairil Anwar meninggal pada usia yang masih muda, 26 tahun, tepatnya pada 28 April 1949 di Jakarta. Hari kematiannya ini selalu diperingati sebagai Hari Chairil Anwar oleh pengagumnya sampai sekarang. Mendalami Puisi Aku Karya Chairil Anwar Hampir semua penduduk Indonesia yang mengenyam pendidikan setidaknya hingga bangku SMP pasti pernah mendengar atau membaca puisi Aku. Puisi ini ditulis oleh Chairil Anwar pada 1943 dan pertama kali dibacakan di Pusat Kebudayaan Jakarta bulan Juli pada tahun yang sama. Puisi Aku pernah dicetak di Pemandangan dengan judulnya diubah menjadi Semangat untuk menghindari sensor dari Pemerintahan Jepang yang waktu itu menduduki Indonesia. Selain judul, ada bagian dalam puisi juga diubah karena alasan yang sama. Pilihan kata Chairil Anwar dinilai radikal dan rawan terkena sensor sehingga perlu diganti dengan kata yang lebih lunak. Bagian tersebut yakni Ku mau tak seorang kan merayu diubah menjadi Ku tahu tak seorang kan merayu, kata mau diganti dengan tahu. Berikut ini adalah puisi Aku karya Chairil Anwar Baca Juga Puisi Tentang Alam Aku Kalau sampai waktuku Ku mau tak seorang kan merayu Tidak juga kau Tak perlu sedu sedan itu Aku ini binatang jalang Dari kumpulan yang terbuang Biar peluru menembus kulitku Aku tetap meradang menerjang Luka dan bisa kubawa berlari Berlari Hingga hilang pedih peri Dan aku akan lebih tidak peduli Aku mau hidup seribu tahun lagi! Baca Juga Contoh Syair 1. Parafrase Parafrase adalah penyampaian puisi dalam bahasa yang sama dengan gaya tulisan yang berbeda tanpa mengubah makna yang ada. Berikut adalah parafrase puisi Aku ke dalam bentuk prosa Suatu saat aku pasti harus pergi. ketika saatnya aku untuk pergi itu tiba, aku tak ingin ada yang merayuku untuk tetap tinggal. Meskipun itu kau yang merayu, aku akan tetap pergi. Aku tak membutuhkan tangisan dan air mata darimu untuk mengantar kepergianku, jadi jangan menangis. Menurut rezim saat ini, aku ini merupakan binatang jalang. Aku menentang segala aturan dan belenggu yang dipaksakan kepada rakyat untuk dikenakan. Oleh sebab itu aku ini adalah bagian dari kumpulan kaum yang terbuang, dikucilkan. Karyaku tidak dianggap karena aku enggan tunduk pada keinginan penguasa. Meskipun hujan peluru menyambut, aku akan tak akan pernah menyerah dan berhenti berjuang melalui tulisanku. Aku akan tetap berlari menerjang dengan kobaran semangat yang terus meradang. Walau tubuhku penuh luka dan racun serta bisa, aku akan terus berlari. Meski aku harus mati, aku tak akan menghentikan lariku. Sampai aku tak bisa merasakan apa pun lagi. Hilang sudah semua pedih dan perih yang kurasa. Aku tidak peduli dengan semua yang sedang terjadi, tidak peduli dengan bagaimana orang lain memandang dan menilaiku. Meski tubuhku sudah tidak ada lagi di dunia ini, tapi namaku akan tetap hidup hingga seribu tahun lagi. Karyaku akan terus dikenang dan dikenal melebihi zamanku. Puisi Aku menggambarkan tentang keyakinan dan semangat Chairil Anwar dalam melahirkan karya-karya tulisannya. Ia dikenal vokal dan sering melanggar aturan yang telah dibuat. Diketahui bahwa tulisannya sering mendapat penolakan karena pemilihan bahasa yang digunakannya bertentangan dengan penguasa pada masa itu. Namun, ia tidak goyah dengan keyakinannya dan tetap menulis sesuai dengan keyakinannya. Dan ia meyakini bahwa masa di mana orang akan menerima karya tulisannya akan tiba. Dan harapannya untuk terus hidup dikenang pun telah terbukti. Dengan namanya masuk dalam jajaran sastrawan kenamaan yang membawa masuk puisi modern ke Indonesia. Ia tidak membutuhkan waktu hingga seribu tahun untuk hal itu bisa terjadi. 2. Rima dan Irama Dalam puisi Aku, Chairil Anwar memikirkan tentang rima dan irama yang akan dihasilkan. Hal tersebut dapat dilihat jelas dalam keseluruhan badan puisi. Misalnya pada bait pertama yang seluruhnya memiliki sajak akhiran yang sama. Kemudian pada bagian bait yang paling terkenal Aku ini binatang jalang; Dari kumpulan yang terbuang’, memiliki akhiran dengau ng semakin membuktikan bahwa pemilihan setiap kata memikirkan bagaimana nanti puisi ini akan dilafalkan. Selain itu, digunakan juga kata-kata yang memiliki struktur yang mirip, pedih dan peri’, sama-sama berawalan pe dan memiliki vokal i. Puisi ini juga ditulis dengan menggunakan aliterasi pengulangan bunyi konsonan pada Luka dan bisa kubawa berlari,’ yaitu penggunaan konsonan b pada bisa, bawa, dan berlari. 3. Ciri Khas Tulisan Chairil Anwar Puisi-puisi karya Chairil Anwar memiliki ciri khas yang terdapat pada hampir semua tulisannya. Ciri tersebut adalah penghilangan bunyi pada kata-kata yang telah dikenal luas dan orang tidak akan salah menafsirkan maksudnya. Misalnya dalam puisi aku ini, terjadi pemenggalan pada kata aku dan akan menghilangkan bunyi a’ sehingga menjadi Ku dan kan. Pemenggalan kata ini dipelopori oleh Chairil Anwar pada masa itu, dan kini banyak sastrawan yang mengikuti jejaknya menghilangkan bunyi pada kata-kata yang sudah umum. Baca Juga Puisi Senja 4. Pesan dalam Puisi Aku Karya sastra, termasuk puisi, adalah karya yang dapat melintasi masa. Artinya tidak hanya untuk masa dibuatnya saja, namun juga untuk masa-masa yang mendatang. Sebagai pencerita dari kondisi suatu masa kepada generasi penerus. Puisi Aku ditulis pada masa penjajahan Jepang. Isinya merepresentasikan mengenai keinginan untuk berjuang dan menolak penjajahan. Menolak aturan-aturan yang dibuat untuk mengekang rakyat Indonesia. Banyak karyanya yang ditolak oleh penerbit yang menganggap tulisannya tidak mencerminkan visi Jepang untuk Asia Timur Raya. Melalui Aku, Chairil Anwar seolah ingin menunjukkan bahwa dirinya rela untuk menjadi berbeda dan dipandang bersalah aku ini binatang jalang; Dari kumpulan yang terbuang, tak peduli pada konsekuensi yang nantinya harus ditanggung Biar peluru menembus kulitku; Aku tetap meradang menerjang; Luka dan bisa kubawa berlari; Berlari; Hingga hilang pedih peri. Memberikan pesan untuk terus berjuang melawan penjajah walaupun harus dibayar nyawa. Dan melalui puisi ini, Chairil Anwar juga menyampaikan keyakinannya. Bahwa akan tiba saatnya nanti bahwa karyanya tidak akan lagi dipandang salah. Usia singkat Chairil Anwar dalam dunia kesusastraan Indonesia tak lantas membuat dirinya kecil. Justru dalam waktu sesingkat itu, ia berhasil mempelopori perkembangan puisi modern di Indonesia. Puisi-puisi yang ditulis pada masa itu cenderung memiliki isi pemberontakan terhadap penjajahan dan harapan-harapan untuk menjadi rakyat yang bebas dari sebuah negara yang merdeka. Demikian halnya dengan puisi Aku, yang seluruhnya menyiratkan akan keengganan untuk tunduk pada aturan penjajah. Meski harus menjadi orang buangan, dengan karyanya yang sering ditolak, namun tak ada kata menyerah. Ancaman hukuman hingga nyawa menjadi taruhan pun tak dipersoalkan. Puisi Aku Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. KRITIK SASTRA KARYA CHAIRIL ANWARPenulis AidaPuisi Chairil Anwar - Ibu Pernah aku ditegur Katanya untuk kebaikan Pernah aku dimarahKatanya membaiki kelemahanPernah kau diminta membantu Katanya supaya aku pandaiIbu.....Pernah aku merajuk Katanya aku manjaPernah aku melawan Katanya aku degilPernah aku menangis Katanya kau lemahIbu.....Setiap kali aku tersilapDia hukum aku dengan nasihatSetiap kali aku kecewaDia bangun di malam sepi lalu bermunajatSetiap kali aku dalam kesakitanDia ubati dengan penawar dan semangatDan bila aku mencapai kejayaanDia kata bersyukurlah pada tuhanNamun .....Tidak pernah aku lihat air mata dukamuMengalir dipipimuBegitu kuatnya dirimu....Ibu.....Aku sayang padamu.....Tuhanku.....Aku bermohon padamuSejahterakanlah diaSelamanya....KRITIK SASTRA Puisi pertama datang dari sastrawan terkenal yaitu Chairil Anwar. Beliau menuliskan sebuah puisi indah dengan tema ibu. Puisi ini bercerita tentang bagaimana sang penulis mendapat perlakuan dari sang ibu. Setiap ibu memiliki cara tersendiri untuk membimbing dan mendidik dan ketelatenan itulah yang mencoba dituangkan oleh Chairil. Meski cara yang mereka lakukan berbeda, ada yang mendidik dengan penuh kelembutan, ada pula yang mendidik dengan penuh ketegasan. Meski semua itu berbeda-beda, namun pengorbanan dan tujuan seorang ibu tetaplah sama, yaitu memberikan kasih sayang demi kebaikan sang anak. Seperti dalam penggalan sajaknya,"Setiap kali aku tersilap, ia hukum aku dengan nasehat. Setiap kali aku kecewa, dia bangun di malam sepi untuk bermunajat. Setiap kali aku dalam kesakitan, dia obati aku dengan penawar dan semangat." Puisi ibu karya Chairil Anwar, puisi yang bertemakan ibu ini adalah salah satu karya dari penyair indonesia yaitu Chairil Anwar, karya-karya nya yang sealu dijadikan sebuah pedoman dari generasi ke generasi terutama penerus bangsa, dan karya-karya nya selalu dikenang. Dan bahkan banyak anak muda yang menggunakan puisi-puisi karya Chairil Anwar dengan maksud untuk mengekspresikan perasaan yang sedang dialami. Puisi-puisi ciptaan Chairil Anwar cukup banyak beragam, mulai dari kisah percintaan, situasi Negara, refleksi diri sendiri, hingga kecintaan terhadap keluarga. Puisi "Ibu" karya Chairil Anwar sangat menyentuh hati sehingga bagi orang yang membacanya akan membuat mata berkaca-bekaca yang disebabkan mirisnya kata-kata yang sangat menyentuh hati kita yang mengingat besarnya pengorbanan seorang ibu kepada sang anaknya. Karya yang dihasilkan oleh Chairil Anwar tidak diragukan lagi banyak hasil karyanya yang dicari oleh orang-orang yang menyukai karya sastra. Dalam Puisi "Ibu" karya Chairil Anwar memberikan banyak pilihan kata yang terlihat biasa saja dan terkesan memiliki kata-kata yang biasa digunakan dalam kesehariannya. Tetapi pada puisi "Ibu"ini si pengarang membungkus kata-kata dalam puisi tersebut dengan menggunakan bukan arti kata yang sebenarnya, yang terdapat pada aku ditegurKatanya untuk kebaikan Pernah aku dimarahKatanya membaiki kelemahanPernah kau diminta membantu Katanya supaya aku pandai. Kata " katanya memperbaiki kelemahan" dari kata tersebut merupakan sebuah harapan Chairil sebagai bahwa ibu memarahi anaknya agar seorang anak memperbaiki kesalahan yang aku merajuk Katanya aku manjaPernah aku melawan Katanya aku degilPernah aku menangis Katanya kau lemah Kata "degil" yang diungkapkan oleh pengarang memberi kesan anak yang tidak mau menuruti perkataan orang tua atau susah untuk dinasihati oleh orang tuanya. Pada puisi ini pengarang juga mencoba untuk menggambarkan sifat anak-anak yang sering dilakukan kepada seorang ibu, seorang Chairil Anwar mampu menciptakan dan memberikan pilihan kata sebaik mungkin walaupun kata-kata yang digunakan adalah bahasa percakapan, tetapi lewat kata-kata tersebut Chairil Anwar mampu menghadirkan makna yang sangat dalam bagi penyair dan pendengarnya. Namun ada kata yang tidak biasa diucapkan dalam kehidupan sehari-hari seperti kata merajuk, manja, melawan, menangis. Chairil merupakan salah satu penyair yang tidak selalu terikat pada peraturan sehingga terkadang Chairil tidak pernah memperhatikan bunyi yang ada dalam puisinya. Chairil Anwar berpendapat bahwa sebuah puisi adalah suatu bahasa dalam puisi ini adalah bahasa percakapan sehari-hari namun dibalik kata-kata tersebut Chairil memberikan bahasa kias. Bahasa kias tersebut digunakan pengarang untuk memperdalam makna yang ada dalam puisinya. Setiap kali aku tersilapDia hukum aku dengan nasihatSetiap kali aku kecewaDia bangun di malam sepi lalu bermunajatSetiap kali aku dalam kesakitanDia ubati dengan penawar dan semangatDan bila aku mencapai kejayaanDia kata bersyukurlah pada tuhan Dari kutipan tersebut terlihat adanya bahasa kamus yang digunakan pengarang seperti kata tersilap. Pengarang menggambarkan seorang anak yang tersilap. Pengarang menggambarkan seorang anak yang setiap kali keliru dalam melakukan kesalahan kepada seorang ibu, ibu menghukumna dengan nasihat. Chairil lewat puisi ini menggambar seorang ibu yang tegar dan selalu mendukung anaknya, walaupun anaknya melakukan kesalahan ibu sellau menasehati. Chairil yang mampu membuat suasana puisi tersebut sebuah karya yang tampak atau rasa merupakan salah satu unsur isi yang dapat mengungkapkan sikap penyair pada pokok persoalan puisi. Pada puisi di atas merupakan eskpresi jiwa penyair yang menyayangi sosok seorang ibu. Di sana penyair tidak mau meniru atau menyatakan kenyataan alam, tetapi mengungkapkan sikap jiwanya yang ingin berkreasi. Sikap jiwa "Aku sayang padamu", ia menyayangi sosok Ibu jiwanya terikat oleh seorang Ibu, apapun yang terjadi, ia ingin selalu menyayangi seorang Ibu. Uraian di atas merupakan yang dikemukakan dalam puisi ini semuanya adalah sikap chairil yang lahir dari ekspresi jiwa dalam Puisi 'Ibu' karya Chairil Anwar yang dapat saya simpulkan dan dapat kita rumuskan adalah sebagai berikut Seorang Ibu yang tegar, kokoh, terus berjuang, pantang mundur meskipun rintangan menghadang demi anaknya. Seorang Anak yang penuh harapan untuk membalas kebaikan seorang ibu yang tanpa batas. Manusia harus mempunyai semangat untuk maju dalam berkarya agar pikiran dan semangatnya itu dapat hidup selama-lamanya atas berkat doa Ibu. Pada puisi "Ibu" bertemakan mengenai seorang ibu yang mana didalam puisi tersebut memiliki banyak makna tentang tugas seorang ibu, bisa kita lihat dari puisi tersebut bagaimana kasih sayang seorang ibu terhadap anaknya, ibu rela melakukan segalanya demi kebaikan anaknya meskipun terkadang hal itu di anggap buruk oleh puisi yang berjudul "Ibu" ini tidak terlalu memuat banyak kata-kata kiasan atau majas yang berlebihan, sehinggap penggunaan kata konkret di dalam puisi ini sangat memiliki porsi yang banyak sehingga dapat membuat orang yang awam akan puisi dapat mengerti dengan mudah. Dan diksi yang dipakai oleh penyair ialah menggambarkan rasa hormat kepada ibu dan menunjukkan perasaan yang dalam karena menggunakan kata-kata yang dalam sehingga mampu menyentuh hati pembaca dan pendengar puisi ini. 1 2 3 4 5 6 7 Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya Minggu, 27 Oktober 2019 Edit Kritik Puisi-Puisi Karya Chairil AnwarChairil Anwar lahir di Medan, Sumatera Utara, 26 Juli 1922 – meninggal di Jakarta, 2 April 1949 pada umur 26 tahun, dijuluki sebagai "Si Binatang Jalang" dari karyanya yang berjudul Aku, Ia adalah penyair terkemuka Indonesia. Ia diperkirakan telah menulis 96 karya, termasuk 70 puisi. Bersama Asrul Sani dan Rivai Apin, ia dinobatkan oleh Jassin sebagai pelopor Angkatan '45 sekaligus puisi modern Indonesia. Chairil lahir dan dibesarkan di Medan, sebelum pindah ke Batavia sekarang Jakarta dengan ibunya pada tahun 1940, di mana ia mulai menggeluti dunia sastra. Setelah mempublikasikan puisi pertamanya pada tahun 1942, Chairil terus menulis. Pusinya menyangkut berbagai tema, mulai dari pemberontakan, kematian, individualisme, dan eksistensialisme, hingga tak jarang yang berjudul “ Jangan Kita Di Sini Berhenti” menjelaskan bahwa seseorang yang telah pasrah, namun tetap memaksa melanjutkan semuanya dengan hal-hal negatif. Sehingga dia sudah tidak perduli dengan kehidupannya yang berjudul “ Yang Terhempas Yang Putus” mengisahkan tentang seseorang yang tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Segalanya telah usai walaupun sebenarnya ia ingin puisi terakhir yang berjudul “Hampa” memiliki arti. Seseorang yang dalam kesendiriannya ia merasa sudah mendekati ajal hidupnya. Ia sendiri menanti dan terus menanti untuk berpasrah meninggalkan dunia ini. Penantian yang berat antara kematiannya.